



MAKALAH AKHLAK TASAWUF
Perbedaan Dan Persamaan Antara Akhlaq Dan
Ilmu Tasawuf
Dosen
Pembimbing
Salman
Faris, MA.M.Hum
Penyusun
Rifatul Mustafidah
Sekolah Tinggi Islam
Az=Ziyadah (STAIZA)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin,
marilah kita panjatkan puji syukur atas ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala
dimana kita masih diberikan nikmat kesehatan, kesempatan serta hidayah dan
taufik, suatu nikmat yang begitu banyak dan besar sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan. Shalawat serta salam tak lupa pula kita kirimkan kepada
junjungan Nabi
besar Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sahabat
serta keluarganya sebab jasa beliaulah yang membawa umat manusia ke jalan yang
diridhai Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah Akhlak Tasawuf ini masih banyak terdapat
kekurangan dari segala aspek oleh karena itu, kami sangat membutuhkan masukan
dan arahan agar sekiranya kami dapat membenahinya dalam penulisan selanjutnya,
dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
sumbangsi pemikirannya, semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberkahi kita semua,
amiin.
Jakarta,13 November 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhlaq Tasawwuf merupakan salah satu khazanah
intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan, secara
historis dengan teologis akhlak tasawwuf tampil mengawal dan memandu perjalanan
hidup umat agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama
kerasulan Muhammad SAW. Adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia, dan
sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara
lain karena dukungan akhlaknya yang prima.Khazanah pemikiran dan pandangan di
bidang akhlaq dan tasawwuf itu kemudian menemukan momentum pengembangan dalam
sejarah, antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawwuf dan
ulama di bidang akhlaq.
Di tambah lagi dengan problematika pada zaman
sekarang ini yang sudah tercemar dengan budaya barat sehingga menimbulkan
perilaku kebarat-baratan seperti pacaran, ciuman di tempat umum, narkoba dan
lain sebagainya. Sudah sangat minim seseorang yang memiliki rasa malu yang
tinggi untuk melakukan sebuah maksiat, bahkan terkadang sampai lupa akan kewajiban.oleh
karena itu Ilmu Akhlaq Tasawuf sangat penting untuk dipelajari.
Disadari bahwa masih banyak bidang akhlaq
tasawwuf yang dapat dikemukakan, namun keterbatasan ilmu yang kami miliki kami
mohon maaf jika mempunyai kesalahan dalam pengumpulan data yang kami kumpulkan
ini.
B.
Identifikasi
Masalah
Beberapa masalah yang berkaitan
dengan judul makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Akhlaq dan Ilmu Tasawuf ?
2.
Apa persamaan dan perbedaan antara Akhlaq dan Ilmu
Tasawuf ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
diuraikan diatas maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian Akhlaq dan Tasawuf
2.
Untuk mengetahui perbedaan antara Akhlaq dan Ilmu
Tasawuf
3.
Untuk mengetahui persamaan antara Akhlaq dan Ilmu
Tasawuf
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Akhlaq
Kajian
ini membedakan antara Akhlak dan Ilmu Akhlak, Akhlak diartikan sebagai tingkah
laku manusia, sedangkan Ilmu Akhlak diartikan sebagai suatu teori yang
mempelajari tingkah laku manusia, sehingga pengertiannyapun dibedakan dalam
pembahasan ini.
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab yang
sudah dijadikan bahasa Indonesia, yang diartikan juga sebagai “ tingkah laku,
perangai atau kesopanan “. Kata akhlaq merupakan jama’ taksir dari kata khuluq,
yang sering juga diartikan dengan sifat bawaan atau tabiat, adat kebiasaan dan
agama.[1]
Sedangkan
definisinya dapat dilihat beberapa pendapat dari pakar ilmu akhlaq, antara lain:
1.
Al-Qurtubi
Perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang
selalu dilakuakan, maka itulah yang disebut akhlaq, karena perbuatan tersebut
bersumber dari kejadiannya.[2]
2.
Muhammad bin ‘Ilan al-Sadiqi
Akhlaq adalah suatu pembawaan yang tertanam
dalam diri, yang dapat mendorong seseorang berbuat baik dengan gampang.[3]
3.
Ibnu Maskawih
Akhlaq adalah kondisi jiwa yang selalu
mendorong (manusia) berbuat sesuatu, tanpa ia memikirkan (terlalu lama).[4]
4.
Abu Bakar Jabir al-Jaziri
Akhlaq adalah bentuk kejiwaan yang tertanam
dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji
dan tercela.[5]
5.
Imam Al-Ghazali
Akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia) yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan,
tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama) maka jika sifat tersebut
melahirkan suatu tindakan terpujimenurut ketentuan rasio dan norma agama,
dinamakan akhlaq baik. Tapi manakala ia melahirkan tindakan buruk, maka
dinamakan akhlaq buruk.[6]
Dalam
diri setiap manusia, terdapat potensi dasar yang dapat mewujudkan akhlak baik
dan buruk, tetapi sebaliknya pada dirinya juga dilengkapi rasio (pertimbangan
pemikiran) dan agama yang dapat menuntun perbuatannya, sehingga potensi
keburukan dalam dirinya dapat ditekan, lalu potensi kebaikannya dapat
dikembangkan. Oleh karena itu, manusia sejak lahir, harus diberi pendidikan, bimbingan
dan pembiasaan yang baik,untuk merangsang perkembangan dan pertumbuhannya.
Bahkan agama dan ilmu pendidikan memberikan konsep dan teori tentang perlunya
ada proses pendidikan yang berlangsung, tatkala kedua orang tua baru mencari
jodoh.
Konsep
manusia yang ideal dalam islam, adalah manusia yang kuat imannya dan kuat
taqwanya. Ketika manusia memiliki kekuatan taqwa, iapun dapat memiliki kekuatan
ibadah dan kekuatan akhlaq. Orang yang memiliki kekuatan iman disebut mu’min,
orang yang memiliki kekuatan ibadah disebut muslim, dan orang yang memiliki
kekuatan akhlaq disebut muhsin. Bila ketiga sifat ini menjadi kekuatan dalam
diri setiap manusia, maka ia akan selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat.
Dan inilah yang menjadi tujuan hidup setiap manusia, sehingga ia selalu meminta
do’a, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 251.
B.
Pengertian Ilmu
Akhlaq
Ada
beberapa pakar yang mengemukakan definisi ilmu akhlaq, antara lain :
1.
Mansur Ali
Rajab
Ilmu
tentang nilai-nilai yang baik, lalu mengetahui cara-cara mengikutinya, agar
manusia ( dapat menggunakannya ) untuk berbuat baik. Dan ( Ilmu ) tentang
nila-nilai yang buruk, lalu ( mengetahui
) cara-cara menjauhinya untuk membersihkan diri dari padanya.[7]
2.
Ahmad Amin
Ilmu
Akhlaq adalah suatu ilmu yang membahas perbuatan manusia yang dapat dinilai
baik atau buruk. [8]
3.
Socrates ( 469
– 399 SM )
Socrates
menguraikan etika dengan menerangkan, bahwa dalam diri setiap manusia ada
potensi akal-pikiran yang berfungsi untuk membedakan antara hal-hal yang baik
dengan hal-hal yang buruk. Kemudian juga ada potensi spiritual yang mendorong
manusia untuk menunjukan hal-hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang buruk.[9]
C.
Manfaat
Mempelajari Ilmu Akhlaq
1.
Untuk memberikan pengetahuan kepada manusia
tentang criteria baik dan buruk, lalu memberikan tuntunan tentang cara yang
terbaik untuk melakukan perbuatan baik, serta cara yang baik untuk menjauhi
perbuatan buruk. Inilah yang disebut ranah kognitif (quwwatu al-ilmi)
2.
Untuk menanamkan sikap pada diri manusia, bahwa
perbuatan baik dapat memperoleh kebaikan hidup, sedangkan perbuatan buruk dapat
menyengsarakannya. Inilah yang dimaksud dengan ranah efektif ( quwwatu
al-hali )
3.
Bersedia berbuat kebaikan, kapan dan dimana
saja bila dibutuhkan. Dan bersedia menghindari perbuatan buruk, kapan dan
dimana saja, untuk menjaga dan memelihara agamanya, masyarakatnya dan
dirinya.inilah yang disebut dengan ranah psikomotorik (quwwatu al-amal)
D.
Pengertian
Tasawuf
a.
Menurut Bahasa
1.
Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan
dengan ahlu suffah ( اهل الصّفة ), yang berarti sekelompok orang di masa
Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam di serambi-serambi masjid, dan
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
2.
Tasawuf berasal dari
kata shafa (صفاء), yang berarti sebagai nama bagi orang-orang yang “bersih” atau
“suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang mensucikan dirinya dihadapan
Tuhannya.
3.
Tasawuf berasal dari
kata “saf”. Makna “saf” itu dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat
berada di saf atau barisan terdepan.
4.
Tasawuf dinisbahkan
kepada orang-orang dari bani suffah.
5.
Tasawuf dinisbahkan
dengan kata atau bahasa Yunani, yaitu saufi ( (صوفى. Istilah ini disamakan maknanya dengan kata hikmah, yang
berarti kebijaksanaan.
6.
Tasawuf berasal dari
kata saufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di
padang pasir tanah Arab. Pakaian kaum sufi berbulu seperti buah pula, dalam
kesederhanaannya.
7.
Tasawuf berasal dari
kata suf ( صُوْفِى ) yang berarti bulu domba atau wol.
Dari
ketujuh definisi diatas, yang banyak diakui kedekatannya dengan pengertian
tasawuf adalah definisi yang ketujuh, yaitu suf. Mereka yang cenderung memakai
definisi yang ketujuh, antara lain Al-Kalabazi, Al-Syukhrawardi, dan
Al-Qusyairi. Namun pada kenyataannya tidak setiap kaum sufi memakai pakaian
wol.
b.
Menurut Istilah
1.
Al Jauhari
Tasawuf adalah, memasuki segala budi (akhlaq)
yang bersifat sunni dan keluar dari budi pekerti yang rendah.
2.
Al Junaidi
Tasawuf adalah, bahwa yang haq adalah yang
mematikanmu, dan haqlah yang menghidupkanmu.
3.
Abu Hamzah
Ia memberikan cirri terhadap ahli tasawuf
sebagai berikut. Tanda sufi yang benar adalah berpikir setelah dia kaya,
merendahkan diri setelah dia bermegah-megahan, menyembunyikan diri setelah ia
terkenal, dan tanda sufi palsu adalah kaya setelah dia fakir, bermegah-megahan
setelah dia hina dan tersohor setelah ia bersembunyi.
4.
Amir bin Usman
Al Makki
Tasawuf adalah
seorang hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama.
5.
Ali al Qassab
Tasawuf adalah
akhlak yang mulia, yang timbul pada masa yang mulia, dari seseorang yang mulia
ditengah-tengah kaum yang mulia.
6.
Ma’ruf
al-Karakhi
Tasawuf adalah mengambil hakikat dan berputus
asa pada apa yang ada ditangan makhluk.
Para
ulama tasawuf sendiri berbeda cara dalam mendefinisikan tasawuf. Diantara
berbagai pendapat berikut diantaranya adalah :
1.)
Asy-Syeikh Muhammad Amin Al-kurdy
Beliau
menakankan dalam definisinya suatu ilmu yang digunakan dalam mencapai tujuan
tasawuf, yaitu :
1.
Ilmu Syariah;
2.
Ilmu Thariqah;
3.
Ilmu haqiqah; dan
4.
Ilmu Ma’rifah;
Asy-Syeikh
Muhammad Amin Al-kurdy mengemukakan bahwa :
“Tasawuf adalah
suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan dan keburukan
jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan
sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan
Allah dan meninggalkan larangan-Nya menuju perintah-Nya.”
2.)
Imam Al-Gazali
Imam Al-Gazali
mengemukakan pendapat Abu Bakar Al-Katany yang mengatakan :
“Tasawuf adalah
budi pekerti, barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti
dia memberikan bekal atas dirimu dalam tasawuf, maka hamba yang jiwamya
menerima perintah untuk beramal karena sesungguhnya mereka melakukan suluk
dengan nur (petunjuk) islam. Dan ahli zuhud yang jiwanya menerima perintah
untuk melakukan beberapa akhlaq terpuji karena mereka telah melakukan suluk
dengan nur (petunjuk) imannya.”
3.)
Mahmud Amin An-Nawawy
Beliau
mengemukakan pendapat Al-Junaidi Al-Baghdady yang mengatakan :
“Tasawuf adalah
memelihara (menggunakan) waktu. Lalu ia berkata, seorang hamba tidak akan
menekuni (amalan tasawuf) aturan tertentu , menganggap tidak tepat (ibadahnya)
tanpa tertuju pada Tuhan-Nya dan merasa tidak berhubungan (dengan Tuhan-Nya)
tanpa menggunakan waktu untuk beribadah kepada-Nya.
4.)
As Suhradawardy
Beliau
mengemukakan pendapat ma’ruf Al Karakhy yang mengatakan :
“ Tasawuf
adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada ditangan makhluk kesenangan
duniawi).”
5.)
Abu Bakar al Katany
Beliau
menekankan bahwa akhlaq sebagai titik awal amalan tasawuf. Karena itu, bila
seorang hendak mengamalkan ajaran tasawuf, ia harus terlebih dulu memperbaiki
akhlaqnya.
6.)
Al-Junaidi Al-Baghdady
Beliau
menekankan bahwa menggunakan waktu dalam mengamalkan tasawuf penting artinya.
Karena itu, seorang sufi selalu menggunakan waktu.untuk mengingat kepada Allah
SWT dengan berbagai macam ibadah sunat dan zikir.
7.)
Ma’ruf al-Kararky
Beliau menekankan bahwa tasawuf adalh mencari
kebenaran yang hakiki, dengan cara meninggalkan kesenangan duniawi.
Dari
beberapa definisi tersebut, dapat dikemukakan definisi lain bahwa tasawuf
adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara yang telah dirintis oleh
ulama sufi, yang disebutnya sebagai suluk. Suluk adalah untuk mencapai suatu
tujuan, yaitu ma’rifat kepada alam yang ghaib, mendapatkan keridhoan Allah,
serta kebahagiaan diakhirat.
Dari
pengertian tersebut dapat disederhanakan bahwa tasawuf adalah ilmu yang
mempelajari usaha memperbaiki diri , berjuang memerangi nafsu, mencari jalan
kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan manusia, serta
berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syariat Rasulullah dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai keridhoaan-Nya.
E.
Hakekat Tasawuf
Untuk
mempermudah menerima pengertian tentang tasawuf ada baiknya bila disini
mengemukakan perilaku hidup Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau.
Perilaku hidup dizaman Rasulullah dan dizaman
khulafaurrasyiddin, pada umumnya seluruh perilaku hidup pada zaman itu disifati
dan dipandangi dengan hiduo tasawuf. Tujuan hidup mereka tidak didasarkan
kepada nilai-nilai materi yang dapat ditumpuk untuk memperkaya diri, tetapi
pada nila-nilai ibadah, memandang akhirat lebih baik daripada kehidupan
dunia.akhlaq mereka sangat tawadhu’ bagaikan “padi makin berisi semakin
merunduk”. Adapun perilaku Nabi dan sahabatnya menurut sejarah maka dapat
diperinci antara lain sebagai berikut :
·
Hidup zuhud (anti keduniawian yang
berlebih-lebihan)
·
Hidup Qanaah ( merasa cukup apa adanya )
·
Hidup Taat ( melakukan perintah Allah dan
Rasulnya serta meninggalkan larangannya)
·
Hidup Istiqomah ( berkekalan/tetap beribadat )
·
Hidup mahabbah ( sangat cinta kepada Allah dan
Rasulnya lebih dari mencintai dirinya sendiri).
·
Hidup Ikhlas ( sedia menjadi penebus apa saja
untuk Allah demi ketinggian “Kalimatullahi Hial Ulya”)
·
Hidup Ubudiyah ( mengabdikan diri kepada Allah
“Syahsiatus syufiah )
F.
Tujuan
Mempelajari Tasawuf
Tujuannya
adalah ma’rifatullah ( mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas ). Tasawuf
memiliki tujuan yang baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah.
Namun tasawuf tidak boleh melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh
al-Qur’an dan as-sunnah, baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang
dilakukan. Melihat dari situ kita dapat memahami betapa pentingnya mengenal
Allah secara lebih dalam dan memahaminya dengan benar. Sama juga dengan
membersihkan diri dan taqarrub, tapi tidak boleh melanggar apapun yang telah
Al-Qur’an berikan.
G.
Faedah dari
Mempelajari Tasawuf
Saat
kita telah memahami tasawuf itu kita mulai dapat mana yang baik dan yang tidak.
Bagi tasawuf mendidik hati dan ma’rifah Allah Yang Maha Mengetahui sepertimana
kata Ibnu ‘Ajibah buah hasilnya ialah kelapangan 9mulia) nafsu, selamat dada
dan akhlaq yang mulia bersama setiap makhluk. Faedah tasawuf adalah
membersihkan hati agar sampai kepada ma’rifat akan kepada Allah Ta’ala sebagai
ma’rifat yang sempurna untuk keselamatan di akhirat dan mendapat keridhaan
Allah dan mendapatkan kebahagiaan abadi.
H.
Hubungan Akhlaq
dengan Tasawuf
Akhlaq
dan tasawuf saling berkaitan. Akhlaq pada pelaksanaanya mengatur hubungan
horizontal antara sesame manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi
vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlaq menjadi dasar dari pelaksanaan
tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlaq. Para ahli
tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian :
1.
Tasawuf Amali
2.
Tasawuf Falsafi
3.
Tasawuf Akhlaqi
Yang memiliki tujuan yang sama yaitu
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang
tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.
I.
Perbedaan dan
Persamaan antara Akhlaq dengan Ilmu Tasawuf
1.
Persamaan
Persamaan antara akhlaq dan tasawuf sesuai
dengan firman Allah yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam, saling menyayangi
dan tidak sombong, apa bila kita berakhlaq maka kita tidak akan sombong, para
sufipun juga tidak sombong karena mereka tidak memikirkan duniawi.
2.
Perbedaan
Ilmu tasawuf adalah ilmu tentang bagaimana kita
membersihkan hati agar selalu berdzikir/ingat kepada Allah, dan tidak tergiur
oleh duniawi. Sedangkan akhlaq itu
sendiri adalah refleksi dari penerapan ilmu tasawuf sehingga tingkah laku dan
perbuatan kita sama dengan perilakunya Rasulullah SAW.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan diatas dapat diuraikan bahwa antara ilmu akhlaq dan tasawuf sangat
erat kaitannya, oleh karena itu antara keduanya memiliki perbedaan yang sangat
tipis, maka sering muncul pernyataan ulama tasawuf yang mengatakan ; bahwa
upaya memperbaiki akhlaq merupakan awal perjalanan praktek tasawuf, sedangkan
pemulaan praktek tasawuf menandakan akhir perjalanan akhlaq. Ini berarti bahwa
orang-orang yang menekuni ajaran tasawuf, ia harus terlebih dahulu mematangkan
akhlqnya, baru ia bisa memulai melaksanakan ajaran tasawufnya. Atau dengan kata
lain, sebelum peserta tasawuf melakukan pelatihan kerohanian secara rutin dalam
kegiatan tasawuf, ia harus lebih dahulu menyempurnakan akhlaqnya, antara lain
mematangkan dan menyempurnakan peraktek mujahadah : yaitu upaya menekan dan
mematikan kecenderungan nafsunya, sehingga selalu terarah kepada kecenderungan
berbuat baik.
B.
Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah
ini kami susun. Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita
untuk lebih menyadari bahwa agama islam memiliki khazanah keilmuan yang sangat
dalam untuk mengembangkan potensi yang ada di alam ini dan merupakan langkah
awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi seorang muslim
yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa
difahami oleh para pembaca. Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para
pembaca, khususnya dari dewan guru yang telah membimbing kami. Apabila ada
kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mahjuddin,H,Akhlak Tasawuf II, ( Jakarta
: Kalam Mulia,2010 )
Zahari, Mustafa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf,
( Surabaya : Pt.Bina Ilmu, 2007 )
Wahid, Ahhmad H, Akidah Akhlak MA Kelas XI,
( Bandung : CV ARMICO,2010 )
Amin,Ahmad, Ibnu
Akhlaq,Terjemahan oleh Farid Ma’ruf, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1983 )
Al-Ghazali,
Ihya ‘Ulumi al-Din,Juz III, ( Bayrut, Dar al-Fikr )
Ali Rajab,
Mansur, Taammulat, Fi al-Falsafah al-Akhlaq, ( Qairo, al-Injiliwi al-Misriyyah,196
)
Al-Qurtubi,
Tafsir Al-Qurtubi,Juz VIII,(Qairo,Dar al-Sya’bi,1913 M)
‘Ilan
al-Sadiqi, Muhammad bin, Dalil al-Falihin,Juz III, (Mesir, Mustafa
al-Babi al-Halabi,1391 H/1971)
Yusuf
Musa, Muhammad,Falsafah al-akhlaq Fi-al-Islam Wa-Silatuha Bi-alsafah
al-Igriqiyyah, (Qairo,Muassasah al-Khanji,1963 )
Jabir
al-Jaziri, Abu Bakar, Minhaj al-Muslim, ( Madinah, Dar ‘Umar bin
Khattab,1396 H/1976 M )
Mujihadin,2012.
Akhlak Tasawuf http://mujihadin.blongspot.com/2012/05/akhlak-tasawuf.html, diakses pada
selasa, 11 November 2014 pukul 5:10
[1] Dr.H.Mahjuddin M.Pd.I,Akhlak
Tasawuf II, (Jakarta,Kalam Mulia,2010) h.1
[2] Al-Qurtubi, Tafsir
Al-Qurtubi,Juz VIII,(Qairo,Dar al-Sya’bi,1913 M), h.6076
[3] Muhammad bin ‘Ilan al-Sadiqi, Dalil
al-Falihin,Juz III, (Mesir, Mustafa al-Babi al-Halabi,1391 H/1971),h.76.
[4] Muhammad Yusuf Musa,Falsafah
al-akhlaq Fi-al-Islam Wa-Silatuha Bi-alsafah al-Igriqiyyah,
(Qairo,Muassasah
al-Khanji,1963 M),h.81
[5] Abu Bakar Jabir al-Jaziri, Minhaj
al-Muslim, ( Madinah, Dar ‘Umar bin Khattab,1396 H/1976 M ),H.154.
[6] Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumi
al-Din,Juz III, ( Bayrut, Dar al-Fikr), h.52
[7] Mansur Ali Rajab, Taammulat, Fi
al-Falsafah al-Akhlaq, ( Qairo, al-Injiliwi al-Misriyyah,1961 M ) h.19
[8] Ahmad Amin, Ibnu Akhlaq,Terjemahan
oleh Farid Ma’ruf, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1983 ), h.2
[9] Dr. H. Mahjuddin M.Pd.I, Akhlak
Tasawuf II, h.4